Life is Fine

Life is Fine

Friday, September 2, 2016

Bogor : Nasi Goreng Mas Bewok

Alkisah ada penjual nasi goreng bernama Pak Bewok. Saya memanggilnya Pak Bewok, meskipun nama tendanya 'Mas Bewok'. hehe. Beliau berjualan di Jalan Wijaya Kusuma 2, depan Inti Dapur Perumahan Taman Yasmin Sektor 1 di Kota Bogor . Saya ngefans abis sama nasi goreng buatan Pak Bewok ini.

Meskipun Pak Bewok terkesan diam dan judes saat melayani pelanggan, tapi nasi gorengnya super enak bagi saya. One of the best. Mungkin juga karena saya lebih suka rasa nasi goreng gerobakan daripada nasi goreng restoran. Rasa nasi gorengnya konsisten setiap saat, tapi anehnya kalau bulan puasa, rasanya lebih nikmat, padahal saya tidak ikutan puasa. hehe. Oya, nasi goreng Pak Bewok ini tetap enak meskipun dibawa pulang. Kalau kata orang, berarti dia tidak pakai pelet. hahaha.

Saya sempat kecewa sekali saat beberapa kali lewat depan tempat Pak Bewok berjualan pertama kali dan tidak menemui tenda Pak Bewok. Saya pikir, beliau sudah tidak berjualan lagi atau pindah entah kemana. Ah, belum sempat tanya nomor telfonnya lagi. Eh, tapi mau tanya juga takut dicuekin, soalnya Pak Bewok ini setiap diajak ngomong selalu diam saja, beliau malah berbicara sama anaknya yang membantu menyiapkan bahan-bahan masakan. Agak aneh, karena kalau diamati, beliau jarang berbicara dengan anaknya kecuali di saat orang lain mengajak bicara Pak Bewok.

Semoga Pak Bewok dan anaknya panjang umur dan sejahtera selalu sehingga kenikmatan nasi gorengnya bisa terus dinikmati oleh orang banyak. Hidup Pak Bewok!





-------------------------------

Hidup Adalah Pilihan : Make No Time For Drama

Akhirnya, lusa saya akan pergi ke Jepang untuk melanjutkan sekolah.
Aneh rasanya. Apabila hal yang diimpikan selama ini hampir terjadi atau sudah di depan mata. ternyata rasanya tidak selalu indah. Ternyata masih banyak kekhawatiran, kesedihan, ketakutan, keresahan, dan emosi-emosi negatif lainnya.

Meskipun selama ini saya sudah memikirkan tentang risiko-risiko dari pilihan yang saya buat ini, namun ada kalanya diri ini merasa lemah saat persoalan lainnya datang bertubi-tubi. 
Di hari menjelang keberangkatan saya, nenek saya di luar kota sedang kritis. Otomatis Ibu saya harus berangkat ke luar kota untuk menemani beliau. Meskipun saya sedih, tapi saya tidak bisa menunjukkan itu di depan ibu. Saya tahu beliau sebenarnya lebih banyak pikiran dan kebimbangan : antara kepentingan ibunya atau anaknya. Kami sekeluarga memaksa Ibu saya untuk berangkat saja ke luar kota, tidak usah bimbang memikirkan karena tidak dapat mengantarkan keberangkatan saya. Usia saya (insyaallah) masih panjang. Jangan sampai Ibu saya menyesal karena tidak ada di samping ibunya di saat- saat terakhir. 

Saya tidak mengerti, kenapa saya sedih saat saya berpikir kalau Ibu saya tidak akan ada di samping saya di saat2 menjelang keberangkatan saya. Mungkin saya sedih karena Ibu saya sedih? atau saya sedih hanya karena saya takut rindu? Kalau rindu, toh kami masih bisa berkomunikasi menggunakan internet. Tapi namanya perasaan ya begitu saja dirasa, tidak bisa dibohongi, hanya bisa pura-pura tidak dirasa.

Kekhawatiran akan finansial juga cukup membebani pikiran. Bagaimana kalau di sana saya tidak dapat beasiswa? bagaimana kalau di sana saya tidak mendapatkan pekerjaan? bagaimana kalau saya tidak dapat mengikuti topik pelajaran dengan baik? apalagi ini adalah hal yang baru di hidup saya selama ini. Bebannya banyak, takut ini takut itu. Kadang bisa tiba-tiba merasa termotivasi, antusias, dan semangat karena akan menjalani dan mempelajari hal yang baru. Kadang bisa juga merasa tidak nyaman karena terlalu banyak khawatir.

Karena ini, saya jadi menyadari dan bersyukur atas 1 prinsip yang saya pegang kuat-kuat: jalani apa yang kamu inginkan. Karena sebesar-besarnya khawatir dan masalah yang dihadapi, kita akan selalu merasa kuat dan semangat karena itu adalah pilihan hidup kita. Kita akan merasa ikhlas akan risiko yang dihadapi. Saya pikir, mungkin saya akan bereaksi lain apabila saya hanya menuruti kemauan dari orang lain, padahal saya tidak menyukainya. Mungkin saya akan cepat merasa putus asa apabila menghadapi masalah yang bertubi-tubi. Kalau kita tidak bisa keluar dari hal yang tidak kita sukai, carilah hal-hal positif dalam posisi kita. Pasti ada :)!

Hidup adalah pilihan. Benar kalau kata orang 'bahagia itu dari dalam pikiran'. Meskipun banyak masalah, perasaan selalu berdasar dari pilihan kita : Apakah mau merasa sedih terus atau bahagia? Semua orang menghadapi masalah dalam hidupnya, tapi setiap orang menyikapinya berbeda-beda. Kalau bisa memilih, lebih baik memilih untuk cepat bangkit dari sedih kemudian berusaha lagi, daripada sedih terus yang rasanya tidak enak kan? dan untungnya, pilihan itu 100% ada di tangan kita.

Selama ini saya sangat menikmati proses 'menanam pohon' ini. Meskipun banyak cobaan, kegagalan, kegalauan yang dihadapi, tapi saya merasa banyak sekali belajar dari kesusahan yang saya alami. Rasanya jadi lebih banyak bersyukur. Menyadari memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu ada di saat susah & senang. Semoga ke depannya, 'pohon' ini tumbuh dengan baik dan berbuah manis. :)

Terimakasih sudah membaca.
Harus tetap semangat!!

--------------------------------------------------