Kecewa? sudah pasti. Denial? Iya. Sedih? tidak usah ditanya. Khawatir? sangat.
Pengalaman gagal Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) ini saya anggap sebagai salah satu cobaan terberat untuk mental saya. Kenapa mental? karena mengalami rejections berkali-kali itu berat rasanya. Serasa mempertanyakan lagi semuanya : Kenapa saya bisa tidak dapat? apa saya sebodoh ini? apa saya bisa dapat masa depan yang baik? apa saya kurang ini, apa saya kurang itu, berbagai pertanyaan seperti ini serasa lari-lari dan memenuhi pikiran saya saat tanggal 10 Juni 2016 saya membuka account page LPDP yang menyatakan bahwa saya tidak lolos seleksi wawancara Batch II (11-13 Mei 2016) di STAN, Jakarta.
Sepertinya untuk batch II ini, yang mendapatkan e-mail pengumuman hanya peserta yang lolos seleksi substansi, sedangkan yang tidak lolos mendapatkan pengumuman di status akun pada website LPDP. Oya, pengumuman dimulai dari jam 6 sore.
Kalau dipikir-pikir memang ketika proses seleksi essay on the spot & leaderless group discussion (LGD ) saya merasa saya tidak menjalankannya dengan baik. Tapi waktu itu saya masih optimis karena sesi wawancara terasa berjalan dengan baik. Meskipun saya terpojokkan oleh satu pertanyaan, tapi salah satu interviewer yang memojokkan saya dengan pertanyaan itu, di akhir interview mengucapkan bahwa LPDP Indonesia mencari kandidat seperti saya.
Rasanya hati ini seperti naik roller coaster. Mual, takut, khawatir, antusias.